Pondasi Al-Maqamat dan Al-Ahwal Disampaikan pada mata kuliah : Akhlak Tasawuf , Selasa 11 April 2017
DISUSUN OLEH. :
NAMA : IRMAWATI KOTO
NIM. : 0705163048
Program Study Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 2017
PEMBAHASAN
Pondasi Al-Maqamat
Dalam memperoleh malam tertentu,selain wajib menjalankan berbagai bentuk ibadah,mujahadah,dan riyadhah,seorang salik harus melakukan Khalwah dan uzlah dalam melaksanakan perjalanan spiritual menuju jalan Allah Swt.Dalam risalah al-Qusyairiyah,al-Qusyairi menjelaskan bahwa menyepi(khalwah)adalah sifat ahli sufi,dan mengasingkan diri('uzlah)menjadi tanda seorang telah bersambung dengan Allah swt,praktik spiritual ini memberikan manfaat bagi penempuh jalan seperti menghindarkan diri dari semua sifat tercela,menghasilkan kemudian,mendekatkan diri kepada Allah swt.dan mengobati hati.Khalwah(menyepi)adalah pemutusan hubungan dengan al-Haqq.Khalwah merupakan perjalanan ruhani dari nafsu menuju hati,dari hati menuju ruh,dari ruh menuju alam rahasia,dan dari alam rahasia menuju Allah swt.Sedangkan hakikat uzlah(mengasingkan diri) adalah menjaga keselamatan diri dari niat buruk orang lain.Dalam Ihya'ulum al-Din,al-Ghazali menjelaskan bahwa praktik mengasingkan diri memiliki banyak manfaat bagi seorang penempuh jalan spiritual.Pertama,dapat menggosokkan diri hanya beribadah kepadanya,mengendalikan hati dengan bermunajat kepadanya dan menyibukkan diri dengan menyingkap rahasia-rahasia nya tentang masalah dunia dan akhirat.Kedua,dapat melepaskan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat yang biasa dilakukan dan dihadapi manusia selama hidup bermasyarakat seperti mengumpat,adu domba,pamer,diam dari amar ma'ruf nahi munkar,dan meniru tabiat buruk dan perbuatan keji akibat rakus terhadap kehidupan duniawi.Ketiga,membebaskan diri dari kejahatan-kejahatan manusia.Keempat,memutuskan diri dari kerakusan manusia dan kerakusan terhadap dunia.Kelima,membebaskan diri dari penyaksian atas orang-orangan yang berperangai buruk dan bodoh.Keenam,menghasilkan ketaatan dalam kesendirian dan terlepas dari perbuatan tercela dan larangan Allah swt.
Nashr al-Din al-Thusi mengungkapkan bahwa mengasingkan diri akan dapat mengarahkan salik meraih pancaran dari Allah swt.Selama berkhalwat,salik harus berusaha membebaskan diri dari seluruh gangguan indrawi,gangguan bathin dan mendisiplinkan aspek-aspek hewani dalam dirinya sehingga ia tidak mengikuti kecenderungan kepada berbagai aspek tersebut.Setelah semua rintangan tersebut telah dihilangkan,maka salik memiliki kesiapan untuk menerima pancaran dari Allah Swt.Selama fase ini,salik diharuskan melakukan perenungan secara mendalam mengenai semua keberadaan baik alam maupun dirinya sampai memperoleh penyaksian tentang kemuliaan Allah swt.Tujuan utama dari praktik ini adalah pencapaian derajat kesempurnaan tertinggi.Seluruh kaum sufi menegaskan urgensi Khalwah dan uzlah bagi salik memerlukan konsentrasi diri dan jauh dari gangguan publik yang dapat merusak kekhusyukan dalam mendekatkan diri kepada Allah swt.
Mengenai mujahadhah,teori ini antara lain didasari oleh Q.S.al-Ankabut/29:69.Meskipun kata al-Mujahadah tidak digunakan al-quran,tetapi kata yang seakar dengannya disebut sebanyak 44 kali,antara lain dalam bentuk jahada,jahadu,tujahiduna,yujahidu,yujahidun,jahidi,jihadin,jihadan,al-mujahidun,dan al-mujahidin.Seorang sufi yang bernama Abu Ali al-Ruzabari menjelaskan bahwa "Ketahuilah bahwa dasar dan tiang mujahadah adalah menyapi nafsu dari kebiasaan-kebiasaannya dan membawanya pada penentangan hawa nafsu dalam semua waktu.Sedangkan sufi lain ,Hasan al-Qazaz,mengatakan bahwa " mujahadah dibangun atas tiga hal:tidak makan bila sangat butuh,tidur tidur kecuali mengantuk,dan tidak bicara kecuali terdesak.
Menurut Nashr al-Din al-Thusi yang merupakan seorang sufi sekaligus saintis muslim,riyadhah adalah menahan jiwa binatang agar salik tidak mengikuti kecenderungannya terhadap nafsu dan amarah,dan menahan jiwa rasional agar tidak menuruti insting binatang serta watak dan perbuatan tercela.Riyadhah dimaknai juga sebagai pembiasaan jiwa manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengarahkannya menuju kesempurnaan yang dapat dicapainya.Tujuan riyadhah adalah menghilangkan semua hambatan yang merintangi jalan menuju Allah terutama kesenangan lahir dan bathin,menundukkan jiwa binatang kepada akal praktis yang mendorong jiwa dalam mencari kebenaran,dan membiasakan jiwa agar selalu siap untuk menerima pancaran Allah swt.Sehingga jiwa tersebut mampu memperoleh kesempurnaan yang bisa dicapainya.
Dalam mendapatkan Al-Maqamat dan al-ahwal tertentu,menurut al-kalabazi,seorang sufi harus menjalankan amalam-amalan agama secara benar.Ia mengatakan bahwa ilmu-ilmu sufi adalah ilmu-ilmu tentang keadaan-keadaan(al-ahwal) yang diwariskan dari amal-amal tertentu dan hanya dialami oleh orang yang mengamalkan agama secara benar Langkah menuju amal yang benar adalah mengetahui hukum-hukum syariat(al-ahkam al-syariah),memahami al-quran(al-kitab),sunnah(al-sunnah),ijmak salaf(ijma'al-salaf),akidah Ahlussunnah Waljamaah,dan ilmu ma'rifat('ilmu ma'rifah).Sebagai seorang sufi dari mazhab Sunni,al-Kalabazi berharap para salik mengamalkan ajaran islam yang sesuai dengan doktrin mazhab Sunni baik dalam bidang akidah maupun syariah demi meraih tujuan tasawuf.
Daftar Pustaka
Achmad Mubarok,Jiwa dalam Alquran(Jakarta:Paramadina,2000)
Jafar,Ma.Gerbang Tasawuf(Perdana Publishing:Jl.Sosro No.16 A Medan,2016).
Senin, 17 April 2017
Senin, 03 April 2017
Al-Muqamat dan Al -Ahwal
Al-Muqamat dan Al-Ahwal
Disampaikan pada mata kuliah:Akhlak Tasawuf pada hari Selasa,04 April 2017
Program Studi Fisika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Bab I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya dalam konsep-konsep maqamat dan ahwal memperkenalkan bagian dari pemahaman tasawuf itu sendiri sebagai dimana dimaknakan suatu perjalanan spiritual suluk. Dalam hal ini, MAQAMAT adalah tempat-tempat sebagai perhentian yang harus dilewati oleh para sufi atau pejalan spiritual sebelum bisa mencapai akhir perjalanan tersebut, baik itu yang disebut ma’rifah, ridha,maupun mahabbah (kecintaan) kepada Allah SWT. Sedangkan yang disebut dengan HAL adalah keadaan-keadaan spiritual sesaat yang dialami oleh para pejalan atau sufi ini ditengah-tengah perjalanan tersebut.
Tujuan yang mendasar dari perkuliahan mata kuliah Tasawuf ini adalah diharapkan agar peserta didik (mahasiswa) dapat memahami apakah pengertian dari Tasawuf tersebut, dan dapat mengetahui pula bagaimana perkembangannya dari dahulu hingga sekarang, serta mampu merasakan manfaat sebenarnya dan tujuan dari mempelajari Tasawuf itu sendiri.
Dan tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini diharapkan agar peserta didik (mahasiswa ) tersebut mampu dan mengerti dalam menyebutkan definisi Maqamat dan Ahwal , Maqamat dan Ahwal dimata para tokoh Tasawuf serta sejarah perkembangan Tasawuf.
Bab II
PEMBAHASAN
Al muqamat dan Al-Ahwal
A.Definisi
Hakikat al-muqamat dapat dilihat dari karya-karya sufi yang biasanya juga diiringi kajian tentang ahwal,sebab keduanya tidak bisa dibahas secara terpisah.Dalam kitab al-Luma,at-Thusi menjelaskan bahwa maqamat adalah tingkatan antara seorang hamba dengan Allah swt yang dibangun atas dasar pelaksanaan ibadah,mujahadah,riyadhah fan kebersamaan dengannya.Teori al-maqamat sesuai dengan Q.S.Ibrahim/14;14,dan Q.S.al-Shaffat/37:164.Sedangkan al-ahwal adalah keadaan hati(qalb)seorang sufi sebagai akibat dari kemurnian zikirnya.
Abu al-Najib al-Suhrawardi dan al-Qusyairi memberikan penjelasan mengenai al-maqamat dan al-ahwa.Dalam adab al-muridin ,Abu al-Najib al-Suhrawandi,al-muqamat adalah tingkatan spiritual seorang hamba dalam ibadah di hadapan Allah Swt.Dalam Risalah al-Qusyairiyyah al-Qusyairi menjelaskan bahwa al-muqamat adalah tingkatan spiritual yang akan diraih salin dengan jalan mujahadah dan mengamalkan adab-adab,perilaku,dan sikap tertentu,serta riyadah.Menurutnya,seorang salin tidak akan dapat menaiki malam selanjutnya sebelum berhasil menjalani dan memperoleh malam sebelumnya.Sikap salik harus menjalankan peraturan opera tidak secara konsisten untuk mendapatkan suatu malam tertentu.Mengenai al-ahwal dan perbedaannya dengan al-muqamat,al-Qusyairi menjelaskanyang artinya :
" Al-hal menurut kaum sufi adalah makna yang hadir dalam hati tanpa unsur kesengajaan,upaya,latihan,dan pemaksaan seperti gembira,sedih,lapang,sempit,rindu,gelisah,takut,dan gemetar.Al-hal merupakan pemberian,sedangkan al-muqamat merupakan hasil usaha.Al-hal datang dari Allah ke dalam jiwanya,sedangkan al-muqamat merupakan hasil usaha dengan mujahadah secara terus-menerus.Pemilik al-maqamat secara tetap,sedangkan pemilik Al-hal sering mengalami naik turun sesuai keadaan hatinya.
Dengan demikian,al-maqamat adalah tingkatan tingkatan spiritual seorang sufi,dari tingkatan paling mendasar sampai tingkatan tertinggi,yaitu dekat dengan allah Swt,yang diperoleh salin secara mandiri melalui pelaksanaan ibadah,mujahadah,dan riyadhah secara terus-menerus.Al-Ahwal merupakan keadaan hati seorang salin yang bukan merupakan hasil usahanya secara mandiri,melainkan pemberian dari Allah Swt.Kaum sufi telah merumuskan al-maqamat dan al-ahwal dalam karya-karya mereka.
Contoh mengenai al-muqamat,dari tingkat awal yang harus dilewati seorang salin sampai tingkat tertinggi yang mungkin dicapai,al-Thusi menyebutkan bahwa tingkatan al-muqamat adalah diawali dari tobat(al-taubah),warak(wara'),zuhud(al-Zhud),kefakiran(al-faqr),Sabar(al-shabr),tawakal(al-tawakkul),kerelaan(al-ridha). Kaum sufi sepakat bahwa perjalanan spiritual jiwa manusia menuju Allah swt harus diawali dari tingkat tobat sampai tingkat ridha sebagai tingkatan spiritual tertinggi sebagai wujud dari kedekatan manusia dengannya,meskipun kalangan sufi dari tasawuf falsafi menegaskan kemampuan jiwa manusia untuk dapat lebih dekat lagi kepadanya lebih dari hanya sekedar tingkat ridha semata.Teori al-maqamat di atas merupakan teori uang dikembangkan oleh kaum sufi dari mazhab Sunni.
Mengenai al-ahwal para sufi telah menyebutkan beberapa keadaan hati seorang salin yang dirasakan selama melewati beragam tingkatan spiritual.Menurut al-Thus,diantara al-ahwal adalah al-muraqabah,al-qurb,al-mahabbah,al-khauf,al-raja,al-syawq,al-uns,al-thuma'ninah,al-musyahadah,dan al-yaqin.Sejumlah al-ahwal tersebut merupakan pemberian Allah Swt kepada salik yang sedang menjalani beragam ibadah untuk menapaki satu persatu malam dari yang awal sampai yang paling akhir sebagai puncak tertinggi dari kedudukan spiritual yang mungkin dicapai seorang sufi.
Menurut Sayyid Hanya Yatsribi,kaum sufi membicarakan wujud berdasarkan konsep gerak menurun dan gerak menaik wujud.Berdasarkan teori tersebut,seorang sufi merumuskan konsep perjalanan spiritual dari diri manusia menuju kedekatan bersama Allah Swt.Inilah makna dari pernyataan manusia agama bahwa manusia berasal Allah(gerak menurun jiwa dari alam tertinggi(tuhan)menuju alam terendah(jasad) dan akan kembali kepadanya(gerak menaiki jiwa dari alam terendah(jasad)menuju ke hadirat Allah Swt.sebagai realitas tertinggi dan sumber asalnya).
Daftar Pustaka
Abi Nash 'Abd Allah ibn 'Ali al-Sarraj al- Thusi,al-Luma'fi Tarikh Tasawuf al- Islam(Beirut:Dar Kutub 'lmiyah,2011).
Abu al-Najib al-Suhrawandi,Adab al- Muridin(Beirut:Dar al-Kutub al- Ilmiyah,2005).
Ja'far Ma,Gerbang Tasawuf,(Perdana Publishing 2016)
Disampaikan pada mata kuliah:Akhlak Tasawuf pada hari Selasa,04 April 2017
Program Studi Fisika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Bab I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya dalam konsep-konsep maqamat dan ahwal memperkenalkan bagian dari pemahaman tasawuf itu sendiri sebagai dimana dimaknakan suatu perjalanan spiritual suluk. Dalam hal ini, MAQAMAT adalah tempat-tempat sebagai perhentian yang harus dilewati oleh para sufi atau pejalan spiritual sebelum bisa mencapai akhir perjalanan tersebut, baik itu yang disebut ma’rifah, ridha,maupun mahabbah (kecintaan) kepada Allah SWT. Sedangkan yang disebut dengan HAL adalah keadaan-keadaan spiritual sesaat yang dialami oleh para pejalan atau sufi ini ditengah-tengah perjalanan tersebut.
Tujuan yang mendasar dari perkuliahan mata kuliah Tasawuf ini adalah diharapkan agar peserta didik (mahasiswa) dapat memahami apakah pengertian dari Tasawuf tersebut, dan dapat mengetahui pula bagaimana perkembangannya dari dahulu hingga sekarang, serta mampu merasakan manfaat sebenarnya dan tujuan dari mempelajari Tasawuf itu sendiri.
Dan tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini diharapkan agar peserta didik (mahasiswa ) tersebut mampu dan mengerti dalam menyebutkan definisi Maqamat dan Ahwal , Maqamat dan Ahwal dimata para tokoh Tasawuf serta sejarah perkembangan Tasawuf.
Bab II
PEMBAHASAN
Al muqamat dan Al-Ahwal
A.Definisi
Hakikat al-muqamat dapat dilihat dari karya-karya sufi yang biasanya juga diiringi kajian tentang ahwal,sebab keduanya tidak bisa dibahas secara terpisah.Dalam kitab al-Luma,at-Thusi menjelaskan bahwa maqamat adalah tingkatan antara seorang hamba dengan Allah swt yang dibangun atas dasar pelaksanaan ibadah,mujahadah,riyadhah fan kebersamaan dengannya.Teori al-maqamat sesuai dengan Q.S.Ibrahim/14;14,dan Q.S.al-Shaffat/37:164.Sedangkan al-ahwal adalah keadaan hati(qalb)seorang sufi sebagai akibat dari kemurnian zikirnya.
Abu al-Najib al-Suhrawardi dan al-Qusyairi memberikan penjelasan mengenai al-maqamat dan al-ahwa.Dalam adab al-muridin ,Abu al-Najib al-Suhrawandi,al-muqamat adalah tingkatan spiritual seorang hamba dalam ibadah di hadapan Allah Swt.Dalam Risalah al-Qusyairiyyah al-Qusyairi menjelaskan bahwa al-muqamat adalah tingkatan spiritual yang akan diraih salin dengan jalan mujahadah dan mengamalkan adab-adab,perilaku,dan sikap tertentu,serta riyadah.Menurutnya,seorang salin tidak akan dapat menaiki malam selanjutnya sebelum berhasil menjalani dan memperoleh malam sebelumnya.Sikap salik harus menjalankan peraturan opera tidak secara konsisten untuk mendapatkan suatu malam tertentu.Mengenai al-ahwal dan perbedaannya dengan al-muqamat,al-Qusyairi menjelaskanyang artinya :
" Al-hal menurut kaum sufi adalah makna yang hadir dalam hati tanpa unsur kesengajaan,upaya,latihan,dan pemaksaan seperti gembira,sedih,lapang,sempit,rindu,gelisah,takut,dan gemetar.Al-hal merupakan pemberian,sedangkan al-muqamat merupakan hasil usaha.Al-hal datang dari Allah ke dalam jiwanya,sedangkan al-muqamat merupakan hasil usaha dengan mujahadah secara terus-menerus.Pemilik al-maqamat secara tetap,sedangkan pemilik Al-hal sering mengalami naik turun sesuai keadaan hatinya.
Dengan demikian,al-maqamat adalah tingkatan tingkatan spiritual seorang sufi,dari tingkatan paling mendasar sampai tingkatan tertinggi,yaitu dekat dengan allah Swt,yang diperoleh salin secara mandiri melalui pelaksanaan ibadah,mujahadah,dan riyadhah secara terus-menerus.Al-Ahwal merupakan keadaan hati seorang salin yang bukan merupakan hasil usahanya secara mandiri,melainkan pemberian dari Allah Swt.Kaum sufi telah merumuskan al-maqamat dan al-ahwal dalam karya-karya mereka.
Contoh mengenai al-muqamat,dari tingkat awal yang harus dilewati seorang salin sampai tingkat tertinggi yang mungkin dicapai,al-Thusi menyebutkan bahwa tingkatan al-muqamat adalah diawali dari tobat(al-taubah),warak(wara'),zuhud(al-Zhud),kefakiran(al-faqr),Sabar(al-shabr),tawakal(al-tawakkul),kerelaan(al-ridha). Kaum sufi sepakat bahwa perjalanan spiritual jiwa manusia menuju Allah swt harus diawali dari tingkat tobat sampai tingkat ridha sebagai tingkatan spiritual tertinggi sebagai wujud dari kedekatan manusia dengannya,meskipun kalangan sufi dari tasawuf falsafi menegaskan kemampuan jiwa manusia untuk dapat lebih dekat lagi kepadanya lebih dari hanya sekedar tingkat ridha semata.Teori al-maqamat di atas merupakan teori uang dikembangkan oleh kaum sufi dari mazhab Sunni.
Mengenai al-ahwal para sufi telah menyebutkan beberapa keadaan hati seorang salin yang dirasakan selama melewati beragam tingkatan spiritual.Menurut al-Thus,diantara al-ahwal adalah al-muraqabah,al-qurb,al-mahabbah,al-khauf,al-raja,al-syawq,al-uns,al-thuma'ninah,al-musyahadah,dan al-yaqin.Sejumlah al-ahwal tersebut merupakan pemberian Allah Swt kepada salik yang sedang menjalani beragam ibadah untuk menapaki satu persatu malam dari yang awal sampai yang paling akhir sebagai puncak tertinggi dari kedudukan spiritual yang mungkin dicapai seorang sufi.
Menurut Sayyid Hanya Yatsribi,kaum sufi membicarakan wujud berdasarkan konsep gerak menurun dan gerak menaik wujud.Berdasarkan teori tersebut,seorang sufi merumuskan konsep perjalanan spiritual dari diri manusia menuju kedekatan bersama Allah Swt.Inilah makna dari pernyataan manusia agama bahwa manusia berasal Allah(gerak menurun jiwa dari alam tertinggi(tuhan)menuju alam terendah(jasad) dan akan kembali kepadanya(gerak menaiki jiwa dari alam terendah(jasad)menuju ke hadirat Allah Swt.sebagai realitas tertinggi dan sumber asalnya).
Daftar Pustaka
Abi Nash 'Abd Allah ibn 'Ali al-Sarraj al- Thusi,al-Luma'fi Tarikh Tasawuf al- Islam(Beirut:Dar Kutub 'lmiyah,2011).
Abu al-Najib al-Suhrawandi,Adab al- Muridin(Beirut:Dar al-Kutub al- Ilmiyah,2005).
Ja'far Ma,Gerbang Tasawuf,(Perdana Publishing 2016)
Langganan:
Postingan (Atom)