Resume Pemahaman tentang Akhlak. Tasawuf
Disusun oleh:
Nama: Irmawati Koto
Nim. : 0705163048
Prodi: Fisika 2
Fakultas Saintek dan Teknologi Prodi Fisika Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
TA2016 / 2017
TASAWUF : DEFINISI, HIERARKI, DAN TUJUAN
A. definisi Tasawuf
tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
"Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan makhluk, berjuang melepaskan pengaruh budi yang asli [instink] kita, menghapus sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, tergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang-barang penting dan terlebih permanen, menaburkan nasihat kepada semua orang, memegang janji dengan Allah dalam hal fakta, dan mengkuti contoh Rosulullah dalam hal syariat.
B.Tasawuf dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam
Dari aspek pembahasan, tasawuf membicarakan empat pohon persoalan.Pertama, pembahasan tentang mujahadah, zauq, intropeksi diri, dan tingkatan tingkatan spiritual .Kedua, penting kapan spiritual dan fakta-fakta alam gaib.Ketiga, keramat wali.Keempat, istilah-istilah kaum sufi yang diungkap pasca mabuk spiritual.Menurut Ibn Khalbun, kebanyakan fukaha menolak ajaran kaum sufi tentang tasawuf.
C. Tujuan Tasawuf
Tujuan tasawuf tersebut tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup manusia sebagaimana dijelaskan dalam ajaran islam. Alquran menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan suatu tujuan tertentu seperti syahadah, ibadah khalifah, dan hasanah.Dalam shahih al-Bukhori dan Shahih Muslim, disebutkan hadis tentang al-islam, al-iman, dan al-ihsan.Hadis tersebut menjelaskan bahwa ketiga istilahnya membentuk suatu hierarki beragama.Seorang muslim tidak saja dituntut untuk menjalankan al islam, dan al imran, tetapi juga merealisasikan al ihsan sebagai hirarki paling tinggi.Jadi, alquran dan hadis menghendaki umat islam dapat memantapkan ketauhidan dan ibadah dalam kerangka al ihsan, dan mengimplementasikan tugas sebagai khalifah nya dimuka bumi ini demi kebaikan dunia maupun akhirat.
EPISTEMOLOGI TASAWUF
A. Peran Hati dalam Tasawuf
Dalam tradisi islam,hati ( qalb ) merupakan subsistem jiwa manusia.disebutkan bahwa dari segi fungsi,menurut achmad mubaro,qalb berfungsi sebagai “alat untuk memahami realitas dan nilai-nilai serta memutuskan suatu tindakan ( Q.S.al-A’raf/7:179 ),”sehingga qalb menjadi identik dengan akal.disebutkan bahwa ada delapan potensi hati,yakni hati itu bisa berpaling;merasa kecewa dan kesal;secara sengaja memutuskan untuk melakukan sesuatu;berprasangka;menolak sesuatu;mengingkari;dapat diuji;dapat ditundukkan;dapat diperluas dan dipersempit;bahkan bisa ditutup rapat.adapun kandungan hati manusia adalah penyakit ( Q.S.al-baqarah/2:10 );sedangkan kondisi hati manusia bermacam macam,sebagian bersifat positif seperti hati yang bersih(qalb salim),hati yang bertobat( qalb munib),hati yang tenang(qalb muthmain),hati yang menerima petunjuk(yahdi qalbih),dan hati yang takwa(taqwa al qulub).Islam menghendaki manusia mampu mencapai kualitas hati yang positif,dan menjauhi kualitas hati yang negatif.
Jadi qalb terdiri dari dua bentuk yakni hati yang bersifat jasmani dan hati yang bersifat ruhani. Menurut Al-Ghazali hati dapat meraih ilmu mengenai banyak hal manakala ia memiliki ia memiliki sifat-sifat Rabbaniyah dan hikmah. Hati akan menjadi suci ketika dihiasi oleh sifat-sifat ilahiah,cahaya iman(sebagai dampak dari zikir dan ibadah), dan hikmah, sehingga hati akan menjadi cermin yang bercahaya,cemerlang dan akhirnya hati akan meraih kasyf yang membuatnya dapat memeroleh kebenaran,bertemu Allah SWT, dan mampu menyingkap hakikat agama.Sebaliknya,ketika hati menjadi kotor akibat maksiat,maka hati menjadi hitam dan akibatnya akan terhijab dari Allah swt.Ketika hati seorang sufi dikuasai Allah sebagai dampak dari perilaku mereka dalam menekuni ibadah zuhud terhadap dunia maka allah akan menyingkapkan rahasia alam dan hakikat segala sesuatu kepada sufi tersebut.Menurut al-Ghazali,ada lima penyebab hati gagal meraih ilmu,yakni kekurangan hati(yakni hati anak kecil),hati menjadi kotor akibat mengikuti hawa nafsu sehingga selalu berbuat maksiat dan perbuatan keji,hati dipalingkan dari kebenaran karena tidak mau mencari kebenaran dan mengarahkan pikiran kepada hakikat illahiah,terhijab karena banyak taklid dan tunduk kepada prasangka,meskipun telah mampu mengekang hawa nafsu atau memfokuskan diri kepada kebenaran diri kepada kebenaran,dan kebodohan dalam mengetahui arah kebenaran akibat penyelewengan ilmu dan tidak mengetahui manfaat pencarian ilmu.Dapat disimpulkan,bahwa hati harus dihiasi oleh ibadah,dan dijauhi dari jebakan hawa nafsu,agar hati mampu meraih ilmu,menyaksikan dunia spriritual,dan menyingkap rahasia agama.
2. Metode Tazkiyah al-Nafs
Adapun keutamaan tazkiyah al-nafs menurut al-qur’an bahwa pelakunya disebut orang-orang yang beruntung(Q.S. al-Syams/91:9; dan Q.S. al-A’la/87:14) dam orang tersebut diberi pahala serta keabadian surgawi (Q.S. Thaha/20:6).
Metode irfani merupakn metode kaum sufi dalam islam yang mengandalkan aktifitas penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs) untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, dan menilai bahwa ilmu ghakiki yang diraih dengan cara mendekakatkan diri dengan sosok yang Maha Mengetahui (al-alim), bukan dengan metode observasi ayau eksperimen atau juga metode rasional.
Ibn al-Qayyim al-Jauziyah menyebut ilmu yang diraih oleh kaum sufi sebagai ilm laduniyun,yakni ilmu yang diisyaratkan kepada ilmu yang diperoleh seorang hamba tanpa menggunakan sarana,tetapi berdasarkan ilham dari allah,dan diperkenalkan Allah kepada hambanya .Ilmu ladunni merupakan buah dari ibadah,serta kepatuhan dan kebersamaan dengan allah,dan dicari dari kepatuhan kepada Rasulnya.Ilmu ladunni terdiri atas dua macam:dari sisi Allah dan dari sisi setan.Kaum sufi meraih ilmu dari sisi allah,sedangkan para dukun meraih ilmu dari setan.
AL-MAQAMAT DAN AL-AHWAL
A. Definisi
Al-Maqamat adalah tingkatan tingkatan spiritual seorang sufi,dari tingkatan paling mendasar sampai tingkatan tertinggi,yaitu dekat dengan allah Swt,yang diperoleh salin secara mandiri melalui pelaksanaan ibadah,mujahadah,dan riyadhah secara terus-menerus.Al-Ahwal merupakan keadaan hati seorang salin yang bukan merupakan hasil usahanya secara mandiri,melainkan pemberian dari Allah Swt.Kaum sufi telah merumuskan al-maqamat dan al-ahwal dalam karya-karya mereka.
Contoh mengenai al-muqamat,dari tingkat awal yang harus dilewati seorang salin sampai tingkat tertinggi yang mungkin dicapai,al-Thusi menyebutkan bahwa tingkatan al-muqamat adalah diawali dari tobat(al-taubah),warak(wara'),zuhud(al-Zhud),kefakiran(al-faqr),Sabar(al-shabr),tawakal(al-tawakkul),kerelaan(al-ridha). Kaum sufi sepakat bahwa perjalanan spiritual jiwa manusia menuju Allah swt harus diawali dari tingkat tobat sampai tingkat ridha sebagai tingkatan spiritual tertinggi sebagai wujud dari kedekatan manusia dengannya,meskipun kalangan sufi dari tasawuf falsafi menegaskan kemampuan jiwa manusia untuk dapat lebih dekat lagi kepadanya lebih dari hanya sekedar tingkat ridha semata.
Mengenai al-ahwal para sufi telah menyebutkan beberapa keadaan hati seorang salin yang dirasakan selama melewati beragam tingkatan spiritual.Menurut al-Thus,diantara al-ahwal adalah al-muraqabah,al-qurb,al-mahabbah,al-khauf,al-raja,al-syawq,al-uns,al-thuma'ninah,al-musyahadah,dan al-yaqin.Sejumlah al-ahwal tersebut merupakan pemberian Allah Swt kepada salik yang sedang menjalani beragam ibadah untuk menapaki satu persatu malam dari yang awal sampai yang paling akhir sebagai puncak tertinggi dari kedudukan spiritual yang mungkin dicapai seorang sufi.
Pondasi Al-Maqamat
Dalam memperoleh malam tertentu,selain wajib menjalankan berbagai bentuk ibadah,mujahadah,dan riyadhah,seorang salik harus melakukan Khalwah dan uzlah dalam melaksanakan perjalanan spiritual menuju jalan Allah Swt.Dalam risalah al-Qusyairiyah,al-Qusyairi menjelaskan bahwa menyepi(khalwah)adalah sifat ahli sufi,dan mengasingkan diri('uzlah)menjadi tanda seorang telah bersambung dengan Allah swt,praktik spiritual ini memberikan manfaat bagi penempuh jalan seperti menghindarkan diri dari semua sifat tercela,menghasilkan kemudian,mendekatkan diri kepada Allah swt.dan mengobati hati.Khalwah(menyepi)adalah pemutusan hubungan dengan al-Haqq.Khalwah merupakan perjalanan ruhani dari nafsu menuju hati,dari hati menuju ruh,dari ruh menuju alam rahasia,dan dari alam rahasia menuju Allah swt.Sedangkan hakikat uzlah(mengasingkan diri) adalah menjaga keselamatan diri dari niat buruk orang lain.Dalam Ihya'ulum al-Din,al-Ghazali menjelaskan bahwa praktik mengasingkan diri memiliki banyak manfaat bagi seorang penempuh jalan spiritual.Pertama,dapat menggosokkan diri hanya beribadah kepadanya,mengendalikan hati dengan bermunajat kepadanya dan menyibukkan diri dengan menyingkap rahasia-rahasia nya tentang masalah dunia dan akhirat.Kedua,dapat melepaskan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat yang biasa dilakukan dan dihadapi manusia selama hidup bermasyarakat seperti mengumpat,adu domba,pamer,diam dari amar ma'ruf nahi munkar,dan meniru tabiat buruk dan perbuatan keji akibat rakus terhadap kehidupan duniawi.Ketiga,membebaskan diri dari kejahatan-kejahatan manusia.Keempat,memutuskan diri dari kerakusan manusia dan kerakusan terhadap dunia.Kelima,membebaskan diri dari penyaksian atas orang-orangan yang berperangai buruk dan bodoh.Keenam,menghasilkan ketaatan dalam kesendirian dan terlepas dari perbuatan tercela dan larangan Allah swt.
1.tobat adalah meninggalkan dosa, dan tidak akan mungkin akan dapat meninggalkan dosa bila tidak mengenal macam-macam dosa, sedangkan hukum mengetahui macam-macam dosa adalah wajib.
Al-Taubah berasal dari bahasa Arab, taba, yatubu, taubatan, yang artinya kembali. (Abudin Nata, 2013: 171). Taubat yang dimaksud kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai dengan melakukan amal kebaikan.rasa penyesalan yang sungguh-sungguh dalam hati disertai permohonan ampun serta mennggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa.
2. Warak (Al-Wara')
Kata warak berasal dari bahasa Arab, wara’a, yari’u, wara’an yang bermakna berhati-hati, tetapi dalam kasus bahasa Indonesia warak bermakna “patuh dan taat kepada allah”. Di dunia tasawuf, kata warak ditandai dengan kehati-hatian dan kewaspadaan tinggi. Al-Qusyairi menjelaskan bahwa “wara’ adalah meninggalkan segala hal yang syubhat. Ibrahim bin Adam berkata, “wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang syubhat dan segala hal yang tidak pasti yakni meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah”. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziah, warak adalah menjaga diri dari perbuatan dan barang haram dan syubhat (Ja’far, 2016: 62-63).
3.Kefakiran dalam kajian tasawuf adalah seorang tidak memiliki kecintaan terhadap kekayaan dan hiasan duniawi,dan jika ia memilikinya maka ia tidak berkeinginan untuk menyimpan dan mengumpulkannya.
4.Sabarr adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan,bersikap tenang ketika menelan pahitnya cobaan,dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran dalam kehidupan.
5.Cinta (al-mahabbah)
cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintai.”Muhammad bin’Ali al-Kattani berkata “cinta mengutamakannya yang dicintai.”Husni al-Manshur al-Hallaj berkata bahwa”hakikat cinta itu jika kamu berdiri bersama kekasihmu dengan menannggalkan sifat-sifatmu.”Muhammad bin al-Fadhal al-Farawi berkata”cinta itu adalah runtuhnya semua cinta dalam hati kecuali kepada kekasih.”Menurut Ibn Qudammah,tanda cinta kepada Allah Swt.adalah senantiasa berzikir kepada Allah;gemar mengasingkan diri hanya untuk bermunajat kepada-Nya seperti membaca Al-quran dan tahajjud;merasa rugi bila melewatkan tanpa menyebut nama-Nya;dan menyayangi semua hamba Allah mengasihi mereka dan bersikap tegas terhadap musuh-musuh-Nya.
6.Tawakal adalah pasrah diri kepada Allah:percaya dengan sepenuh hati kepada Allah (dalam penderitaan dan sebagainya),atau sesudah berikhtiar baru berserah kepada Allah .Dan makna cinta dalam tasawuf dapat dilihat dari ucapan kaum sufi.Junaid al-baghdadi,misalnya berkata cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintai.
7.Ridho
Kata rida berasal dari kata radhiya, yardha, ridhwanan, yang artinya “senang, puas, memilih, persetujuan, menyenangkan, dan menerima”. Dalam kamus bahasa Indonesia, rida adalah “rela, suka, senang hati, perkenan, dan rahmat”
Al-Maqam Lainnya.
Sebagian sufi menilai bahwa setelah mencapai maqam rida, seorang salik masih dapat mencapai maqaom seperti makrifat (al-makrifah), dan menegaskan bahwa al-ridha bukan maqom tertinggi. Al-Kalabazi mengatakan bahwa sebagian sufi membagi makrifat menjadi dua: al-makrifat haq yang berarti penegasan keesaan Allah atas sifat-sifat yang dikemukakanNya, dan makrifat haqiqah yang bermakna makrifat yang tidak bias dicapai dengan sarana apapun, sebab sifatNya tidak dapat ditembus dan keTuhananNya tidak dapat dipahami.
1.Al-Muraqabah
muraqabah adalah keadaan mawas diri kepada Allah dan mawas diri juga berarti adanya kesadaran sang hamba bahwa Allah senantiasa melihat dirinya.
2. Khauf(Takut)
Al-khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya atau rasa takut dan khawatir jangan sampai Allah merasa tidak senang kepadanya. Ibn Qayyim memandang khauf sebagai perasaan bersalah dalam setiap tarikan nafas. Perasaan bersalah dan adanya ketakutan dalam hati inilah yang menyebabkan orang lari menuju Allah.
3.Raja’(Harap)
raja’ adalah sikap optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah SWT yang disediakan bagi hambaNya yang saleh dan dalam dirinya timbul rasa optimis yang besar untuk melakukan berbagai amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang buruk dan keji.
4.Syawq(Rindu)
Syauq bermakna lepasnya jiwa dan bergeloranya cinta. Para ahli sufi menyatakan bahwa syauq merupakan bagian dari mahabbah. Sehingga pengertian syauq dalam tasawuf adalah suasana kejiwaan yang menyertai mahabbah. Rasa rindu ini memancar dari kalbu karena gelora cinta yang murni. Untuk menimbulkan rasa rindu kepada Allah maka seorang salik terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah. Jika pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah telah mendalam, maka hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan gairah.Rasa senang akan menimbulkan cinta dan akan tumbuh rasa rindu, rasa rindu untuk selalu bertemu dan bersama Allah.
A. Integrasi dalam Sejarah Islam
Dapat disimpulkan bahwa mereka sukses mengintegrasikan antara dua jenis ilmu tersebut, dan mengintegrasikan keduanya dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka sehari-hari.
B. Integrasi dalam Ranah Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos yang bermakna teori. Sedangkan dalam bahasa Latin disebut ontologia. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat, dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan.
C. Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang bermakna pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplanasi, sehingga epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan.Dari perspektif Islam, kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama untuk memperoleh ilmu secara langsung dari sumber asalnya, yaitu Allah Swt. yang diketahui memiliki sifat al-‘Alim.
D. Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos yang berarti teori. Menurut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar