Senin, 29 Mei 2017

Kefakiran dan Sabar

   Kefakiran(al-faqr) dan Sabar(al-shabr)



 Disampaikan pada mata kuliah     Akhlak Tasawuf pada hari                  Selasa, 30 Mei 2017


      Nama  :  Irmawati Koto
      Nim    :   0705163048







                 KATA PENGANTAR

           Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT ,yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah –Nya kepada saya sehingga saya dapat mengyelesaikan tugas resume yang berjudul “FAKIR dan SABAR”.
            Makalah ini saya susun disamping untuk melengkapi sebagian tugas akhlak tasawuf,juga untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang sabar.
            Saya menyadari bahwa makalah saya jauh dari kata sempurna,untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk sedikit menyempurnakan resume berikutnya. Saya berharap resume ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
            Akhir kata,saya mengucapkan terimakasih .

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

                         


                                 BAB I
                       PENDAHULUAN


Kefakiran dan sabar merupakan tingkatan-tingkatan spiritual seorang sufi yang harus diraih seorang salik secara mandiri.Kefakiran adalah simbol para wali dan hiasan para sufi,pilihan Allah Swt.pada orang takwa pilihan dan para nabi.Sedangkan para sufi fakir merupakan pilihan Allah Swt.bagi hamba-hamba-Nya.Mereka adalah pengemban rahasia-rahasia-Nya di antara para hamba-hambanya,yang dengan mereka dia menjaga para makhluk dan dengan keberkatan mereka rezeki disebarkan dikalangan manusia.
           


    Sabar adalah sifat terpuji yang sangat diaanjurkan dalam islam,hal yang berkaitan dengan sifat sabar telah banyak Allah Swt cantumkan dalam Al-Qur’an serta banyak terdapat dalam hadis-hadis Nabi Muhammad Saw.Orang-orang fakir yang sabar akan menjadi sahabat-sahabat Allah pada hari kebangkitan .Untuk lebih jelasnya akan dibahas dibawah ini.Hidup di dunia adalah ujian bagi semua umat manusia. Untuk menghadapi ujian tersebut diperlukan akhlak – akhlaq mulia seperti. Banyak umatsekarang ini yang kurang sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah dalam hidupnya, sehingga ia putus asa dalam menghadapinya. Kurangnya rasa sabar yang dimiliki terkadang membuat kita mudah putus asa.


     


                              BAB II.                                                     PEMBAHASAN



Kefakiran (al-faqr)
       
          Menurut Ja’far, Medan (2016: 68) istilah fakir berasal dari bahasa Arab, faqura, yafquru, faqran yang artinya miskin. Istilah faqr bermakna kemiskinan. Dalam bahasa Indonesia, fakir berarti “orang yang sangat berkekurangan, orang yang terlalu miskin, atau orang yang dengan sengaja membuat dirinya menderita kekurangan untuk mencapai kesempurnaan bati”. Al-Qur’an menyebutkan istilah fakir dalam berbagai bentuk sebanyak 14 kali.
     
       Dalam Shahih al-Bukhari, menyebutkan:
Membeitakan kepada kami Isma’il , ia berkata memberitakan kepada kami ‘Abd al-‘Aziz ibn Abi Hazim dari ayahnya dari S ahal ibn Sa’id al-Sa’idi sesungguhnya dia berkata seorang lelaki berlalu di depan Rasulullah Saw., lalu beliau bertanya kepada seorang lelaki yang duduk di sisi beliau bagaimanakah pendapatmu tentang laki-laki ini?  Ia menjawab bahwa ia adalah seorang laki-laki dari golongan orang-orang yang mulia. Demi Allah, orang ini pantas untuk dinikahkan jika ia meminang dan pantas diberi syafaat jika ia meminta syafaat. Sahal berkata Rasulullah Saw. terdiam, kemudian seorang lelaki berlalu, maka Rasulullah Saw. bertanya kepadanya bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini? Ia menjawab wahai Rasulullah, ini adalah seorang lelaki dari kaum muslim yang fakir. Lelaki ini pantas untuk tidak dinikahkan jika ia meminang dan pantas tidak diberi syafaat jika ia meminta syafaat, dan pantas tidak didengarkan kata-katanya, jika ia berkata. Lalu Rasulullah Saw. bersabda lelaki seperi ini adalah lebih baik dari pada sepenuh isi bumi.

Dalam hadis lain disebutkan:

حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ زَرِيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الطّلَعْتُ فِى الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا افُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ فَرَأَيْتُ اَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ.
       
        Memberitakan kepada kami Abu al-Walid, memberitakan kepada kami Salm ibn Zarir, memberitakan kepada kami  Abu Raja’ dari ‘Imran ibn Hushain r.a. dari Nabi Muhammad Saw., beliau bersabda bahwa aku pernah mengamati di dalam surga, lalu aku melihat yang terbanyak pennghuninya adalah orang-orang kafir, dan aku pernah mengamati di dalam neraka, lalu aku melihat yang terbanyak penghuninya adalah wanita.
       
        Menurut al-Ghazali, fakir dapat bermakna tidak memiliki harta. Menurutnya, ada lima tingkatan fakir, dua diantaranya yang paling tinggi derajatnya, yakni seorang hamba yang tidak suka diberi harta, merasa tersiksa dengan harta, dan menjaga diri dari kejahatan dan kesibukan untuk mencari harta; dan seorang hamba tidak merasa senang bila mendapatkan harta, dan tidak merasa benci bila tidak mendapatkan harta.
       


Sabar (al-shabr)
       
       Kata sabar berasal dari bahasa Arab, shabara, yashbiru, shabran, maknanya adalah mengikat, bersabar, menahan dari larangan hukum, dan menahan diri dari kesedihan. Kata ini disebut dalam al-Qur’an sebanyak 103 kali.Allah Swt. berfirman Q.S. al-Anfal/8: 46
       
        Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan:
       
      Memberitakan kepada kami Abu al-Yaman, memberitakan kepada kami Syu’aib dari al-Zuhri, ia berkata menceritakan kepadaku ‘Atha ‘ ibn Yazid al-Laitsi, sesungguhnya Abu Sa’id al-Khudri berkata sesungguhnya beberapa orang Anshar meminta kepada Rasulullah Saw., tidak seorang pun diantara mereka yang meminta kepada beliau, melainkan beliau pasti akan memberinya, sehingga habislah segala yang ada di sisi beliau, maka ketika segala sesuatu  yang dinafkahkan dengan kedua tangan beliau telah habis, beliau bersabda kepada mereka ‘harta benda apa pun yang ada di sisiku, tentu aku tidak akan menyimpannya jauh dari kamu. Barang siapa memohon dihindari (dari hal-hal yang haram), niscaya Allah akan menghindarkannya, dan barang siapa memohon sabar, niscaya Allah akan menjadikannya bersabar, dan barang siapa memohon kelapangan, niscaya Allah akan memberi kelapangan kepadanya. Kamu tidak akan dianugerahi dengan anugerah yang lebih baik dan lebih lapang dari pada kesabaran. Ja'far, Medan (2016: 71-73)


       

     
                              BAB III
                            PENUTUP



Adapun kesimpulan dari pembahsan ini bahwa fakir adalah dalam kajian tasawuf adalah seorang tidak memiliki kecintaan terhadap kekayaan dn hiasan duniawi,dan jika ia memilikinya maka ia tidak berkeinginan untuk menyimpan dan mengumpulkannya.

Sedangkan sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan,bersikap tenang ketika menelan pahitnya cobaan,dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran dalam kehidupan.






        DAFTAR PUSTAKA


Tasawuf.Bandung:CV.Pustaka Setia
Ja’far.2016.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana Publishing





Minggu, 07 Mei 2017

Tobat dan Warak

   TOBAT(Al-Taubah) dan Warak(wara')

  Disampaikan pada mata Kuliah Akhlak        Tasawuf Universitas Islam Negeri                        Sumatera Utara 2017



   

                       PEMBAHASAN


Kitab al-Ta’arruf li Mazhab ahl al-Tasawwuf  mengatakan bahwa maqamat itu jumlahnya ada sepuluh; at-taubah, al-zuhud, al-shabr,al-tawadlu, al-faqr, al- tawakkal, al- wara’, al-ridla, al- mahabbah,dan al- ma’rifah.(Abudin Nata, 1996: 194).
       
   Al-maqamat merupakan tingkatan-tingkatan spiritual seorang sufi, dari tingkatan paling mendasar sampai tingkatan tertinggi, yaitu dekat dengan Allah Swt., yang diperoleh secara mandiri melalui pelaksanaan ibadah, mujahadah dan riyadhah secara terus menerus. (Ja’far, 2016:50).
       
  Dalam pembahasan kali ini, akan dibahas mengenai tobat dan warak
1. Tobat (Al- Taubah)
Maqam tobat (al-taubah) merupakan maqam pertama yang harus dilewati setiap salik dan diraih dengan menjalankan  ‘ibadah, mujahadah, dan riyadhah. Hampir semua sufi sepakat bahwa tobat adalah maqam pertama  yang harus diperoleh setiap salik. Imam al-Ghazali  mendasari maqam tobat dengan berbagai ayat al-quran, hadis-hadis, dan atsar sebagaimanana dapat dilihat dalam kitabnya, ihya’Ulum al-Din, sehingga akan dapat diketahui tentang kewajiban dan keutamaan tobat dalam Islam. Istilah tobat diartikan sebagai berbalik dan kembali kepada Allah dari dosa seseorang untuk mencari pengampunan-Nya.
Menurut al-Ghazali, tobat adalah meninggalkan dosa, dan tidak akan mungkin akan dapat meninggalkan dosa bila tidak mengenal macam-macam dosa, sedangkan hukum mengetahui macam-macam dosa adalah wajib (Ja’far, 2016: 57-61).
Al-Taubah berasal dari bahasa Arab, taba, yatubu, taubatan, yang artinya kembali. (Abudin Nata, 2013: 171). Taubat yang dimaksud kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai dengan melakukan amal kebaikan.

Taubat yang dimaksud sufi adalah taubat yang sebenarnya, taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi. (Harun Nasution: 1983:67).

Menurut Qamar Kailani, tobat adalah rasa penyesalan yang sungguh-sungguh dalam hati disertai permohonan ampun serta mennggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa.
Kebanyakan sufi menjadikan tobat sebagai penghentian awal dari jalan menuju Allah swt. Pada tingkat terendah, tobat menyangkut dosa yang dilakukan jasad atau anggota-anggota badan. Pada tingkat menengah, tobat menyangkut pangkal-pangkal dosa, seperti dengki sombong dan riya. Dan pada tingkat yang lebih tinggi tobat berarti penyesalan atas kelengahan pikiran dalam mengingat Allah SWT(M.Sholihin:Pustaka Setia Bandung)



2.  Warak (Al-Wara')

Kata warak berasal dari bahasa Arab, wara’a, yari’u, wara’an yang bermakna berhati-hati, tetapi dalam kasus bahasa Indonesia warak bermakna “patuh dan taat kepada allah”. Di dunia tasawuf, kata warak ditandai dengan kehati-hatian dan kewaspadaan tinggi. Al-Qusyairi menjelaskan bahwa “wara’ adalah meninggalkan segala hal yang syubhat. Ibrahim bin Adam berkata, “wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang syubhat dan segala hal yang tidak pasti yakni meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah”. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziah, warak adalah menjaga diri dari perbuatan dan barang haram dan syubhat (Ja’far, 2016: 62-63).
Secara harfiah al-wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya menandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam pengartian sufi al-wara’ adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (syubhat). Sikap menjauhi diri dari yang syubhat ini sejalan dengan hadis Nabi yang berbunyi:
Secara harfiah, al-wara’ memiliki arti saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Al-Wara’ juga mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik.

Dalam pendapat sufi, al-wara’ adalah meninggalkan segala yang didalamnya terdapat keragu-raguan antara yang halal dan haram (syubhat), karena syubhat  lebih dekat kepada yang haram.

فمن اتقى من الشبهات فقداستبراءمنالحرام.
“Barangsiapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesungguhnya ia telah terbebas dari yang haram.” (HR Bukhari).

Faqr [fakir]

Fakir adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dimiliki dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.

Pada prinsipnya, sikap mental faqr merupakan rentetan sikap zuhud, hanya saja zuhud lebih keras menghadapi kehidupan duniawi, sedang faqr hanya pendisiplinan diri. Sikap faqr selanjutnya akan memunculkan sikap wara’. Warak mneurut para sufi adalah sikap kehati-hatiandalam menghadapi segala sesuatu yang belum jelas makna dan masalahnya. Seperti jika bertemu suatu persoalan yang tidak pasti hukumnya atau tidak jelas asal-usulnya lebih baik untuk menghindari serta meninggalkannya.




Kesimpulan :
       

  Tobat,dan warak merupakan bagian dari al-maqamat atau tingkatan yang harus dilewati oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Tobat dan warak merupakan sifat-sifat terpuji. Taubat yang dimaksud sufi adalah taubat yang sebenarnya, taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi.Sementara warak  mengandung arti untuk menjauhi hal-hal yang tidak baik.

Tobat adalah rasa penyesalan sungguh-sungguh dalam hati disertai keinginan dan permohonan untuk meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa. Zuhud adalah sikap mengurangi keterikatan pada kehidupan dunia dengan penuh kesadaran untuk beribadah pada Allah SWT. Faqr adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dimiliki dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak meminta sesuatu yang lain. Termasuk sikap faqr yaitu warak.


                                                           

                 Daftar Pustaka :

Ja’far, 2016. Gerbang Tasawuf : Dimensi Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi, Medan:  
           Perdana Publishing.
Nasution, Harun. 1983. Falsafah dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abudin.  1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press.
M.Sholihin.Ilmu Tasawuf.Pustaka Setia Bandung

Laporan Kunjungan Perpustakaan

      Laporan Kunjungan Perpustakaan

         

                 Nama  : Irmawati Koto
                   Nim     : 0705163048
                   Prodi.  : Fisika 2





                                                               

     

                  KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Pengamatan Perpustakaan Daerah ini dengan baik. Laporan ini kami susun berdasarkan mata kuliah Manajemen Kearsipan mengenai suatu sistem pengelolaan kearsipan dan melaporkan hasil observasi/pengamatan yang telah dilakukan. Dimana isi dari laporan ini ialah tentang Sistem Pengarsipan Buku di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan berbagai kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun agar laporan ini menjadi lebih baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Ja'far MA  selaku dosen pengajar mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas kepada saya yaitu membuat laporan ini,                                  


                                 Medan, 01 mei 2017


                                           Penulis








                               BAB  I
                      PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Perpustakaan merupakan tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, tempat belajar, penelitian dan juga merupakan salah satu tempat penerapan sistem kearsipan. Sebuah perpustakaan memiliki beberapa tugas pokok yaitu mengumpulkan berbagai jenis informasi baik itu berupa buku ilmu pengetahuan, novel atau buku hiburan, kumpulan berita, buku pedoman dan lain sebagaiyna untuk dapat digunakan oleh banyak orang, dan juga untuk melestarikan, memelihara, dan merawat informasi yang ada. Melalui perpustakaan seseorang dapat bertukar informasi dan saling memperoleh nilai tambah untuk perkembangan pengetahuan, wawasan dan pengalaman.

Perpustakaan pada umumnya dibagi menjadi dua bagian berdasarkan bentuk gedung yaitu ruangan dan gedung. Perpustakaan yang berbentuk ruangan biasanya ada di sekolah-sekolah, dan tempatnya cenderung lebih sempit daripada perpustakaan yang berbentuk gedung. Perpustakaan berbentuk gedung biasanya berada di daerah yaitu perpustakaan daerah, dan fasilitasnya biasanya lebih lengkap dibandingkan dengan perpustakaan berbentuk ruangan.

Perpustakaan bentuk ruangan biasanya ada dua tempat yaitu tempat penataan buku-buku dan tempat membaca. Tempat penataan buku atau biasa disebut dengan rak buku digunakan untuk menyimpan dan menata buku-buku yang ada sesuia dengan sistem kearsipan yang diterapkan di perpustakaan tersebut, dimana hal tersebut dilakukan agar pengunjung lebih mudah untuk mencari buku yang diinginkan. Sistem kearsipan yag biasa diterapkan pada perpustakaan salah satunya yaitu Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara adalah sistem nomor/penomoran dimana hal tersebut dilakukan dengan alasan karena perpustakaan menyediakan dan menyimpan banyak buku dengan berbagai jenis sehingga dengan menggunakan sistem nomor maka akan mempermudah dalam pengkodean dan penempatan buku pada rak-rak yang telah disediakan sebelumnya.



B. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanan kunjungan yang dilakukan ialah :

Hari                   : Jumat
Tanggal             : 28 April 2017
Pukul                 : 10.00 WIB s.d 12.25 WIB
Tempat              : Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Medan


C. Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan dari kunjungan perpustakaan ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Akhlak Tasawuf Bapak Dr.Ja'far MA dan manfaatnya ialah :
Untuk bisa membandingkan pembahasan tentang akhlak tasawuf dalam buku Dr,Ja'far MA dengan buku Prof.Dr.Rosihon Anwar,M.Ag.


D.Laporan Hasil Kunjungan Perpustakaan dengan Buku Pembanding Akhlak Tasawuf Edisi           Revisi Prof.Dr.Rosihon Anwar,M.Ag



1.IDENTITAS BUKU

- Judul buku          : Akhlak Tasawuf
- Penulis                : Prof.Dr.Rosihon            Anwar,M.Ag.
- Penerbit               : Pustaka Setia
- Kota Terbit          : Bandung
- Tahun Terbit        : 2010
- Jumlah Halaman  :  364 hlm
- ISBN                        : 978-979-730-917-6


2.ISI

-  Buku Pembanding Akhlak Tasawuf(Prof.Dr.Rosihon Anwar,M.Ag.)

  Bab 1. :  Akhlak dan Beberapa Tinjauan Terhadapnya
   Bab  2 :  Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu Lainnya
   Bab  3 :  Sejarah dan Perkembangan Ilmu Akhlak
   Bab 4  : Baik dan Buruk
   Bab 5. : Akhlak Terpuji(akhlak Mah mudah)
   Bab  6 : Akhlak Tercela (Akhlak Madzmumah)
   Bab  7 : Pengertian Tasawuf dan Dasar-Dasar Quraninya
   Bab  8 : Sejarah perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa
   Bab  9 : Kerangka Berpikir Irfani:Dasar-dasar falsafi ahwal dan maqamat
   Bab 10 : Hubungan Tasawuf dengan ilmu kalam,filsafat,fiqh,dan ilmu jiwa
   Bab  11 : Tasawuf Akhlaki
   Bab  12 : Tasawuf Irfani
    Bab 13 :  Tasawuf Falsafi
   Bab  14 : Tarekat : Sejarah dan Perkembangannya
    Bab 15 : Studi kritis terhadap aliran-aliran Tasawuf
    Bab. 16 : Tasawuf di Indonesia        


E.Penjelasan Akhlak Tasawuf Edisi

Revisi Prof.Dr.Rosihon Anwar,M.Ag.
Prof.Dr.Rosihon Anwar,M.Ag.dilahirkan di Desa dan Kec.Ciwaru Kab.Kuningan pada tanggal 15 september 1969,anak dari pasangan keluarga K.H.Moch.Aruman(Alm) dan Siti Nafisah(Alm).Pada tahun 1995,ia mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Enung Supartini ,S.S.dan dikaruniai dua anak,Hielya Amelia dan Raghib Musoffa Kamil.

Pendidikan formal penulis dijalani di SDN Bayu Asih Ciwaru (Kng)(1983),Mrs NU Buntet Cirebon,tahun 1986,MANU Buntet Cirebon(1989),Sunan Gunung Djati Bandung(S-1)(1993),IAIN Syarif Hidayatullah (S-3)(2005),Jakarta.Sedangkan pendidikan non formalnya dijalani di Pondok Pesantren Buntet Cirebon(1983-1989).Sejak tahun 1995 menjadi staf pengajar di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.Aktif juga menjadi Anggota Dewan Tahqiq Departemen Agama Republik Indonesia , Mengajar di Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung , mengajar di Akper Kabupaten Sumedang,pengurus wilayah NU Jawa Barat,Direktur Lembaga Studi Al Quran (LESTUTA) Bandung , Pengurus Wilayah Persatuan Tarbiyah Jawa Barat,Pengurus ICMI Muda Jawa Barat Pengurus Wirakarya Jawa Barat.

Diantara Karya-karyanya adalah : Keberadaan Israilliyat dalam Tafsir Ibnu Katsir,Meluruskan Sejarah Islam,Studi Kritis tentang Tahkim,Mutiara Ilmu-ilmu Al quran Keagungan dan Keindahan Syariat Islam,Sentuh absen tuhan Sufistik,Prinsip-prinsip Dasar Aliran Teologi Islam,Melacak Tafsir al quran dalam kitab-kitab hadis,membuka pintu-pintu surga dan masih banyak lagi karya-karyanya yang menarik.