Kefakiran(al-faqr) dan Sabar(al-shabr)
Disampaikan pada mata kuliah Akhlak Tasawuf pada hari Selasa, 30 Mei 2017
Nama : Irmawati Koto
Nim : 0705163048
Nama : Irmawati Koto
Nim : 0705163048
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT ,yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah –Nya kepada saya sehingga saya dapat mengyelesaikan tugas resume yang berjudul “FAKIR dan SABAR”.
Makalah ini saya susun disamping untuk melengkapi sebagian tugas akhlak tasawuf,juga untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang sabar.
Saya menyadari bahwa makalah saya jauh dari kata sempurna,untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk sedikit menyempurnakan resume berikutnya. Saya berharap resume ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Akhir kata,saya mengucapkan terimakasih .
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN
Kefakiran dan sabar merupakan tingkatan-tingkatan spiritual seorang sufi yang harus diraih seorang salik secara mandiri.Kefakiran adalah simbol para wali dan hiasan para sufi,pilihan Allah Swt.pada orang takwa pilihan dan para nabi.Sedangkan para sufi fakir merupakan pilihan Allah Swt.bagi hamba-hamba-Nya.Mereka adalah pengemban rahasia-rahasia-Nya di antara para hamba-hambanya,yang dengan mereka dia menjaga para makhluk dan dengan keberkatan mereka rezeki disebarkan dikalangan manusia.
Sabar adalah sifat terpuji yang sangat diaanjurkan dalam islam,hal yang berkaitan dengan sifat sabar telah banyak Allah Swt cantumkan dalam Al-Qur’an serta banyak terdapat dalam hadis-hadis Nabi Muhammad Saw.Orang-orang fakir yang sabar akan menjadi sahabat-sahabat Allah pada hari kebangkitan .Untuk lebih jelasnya akan dibahas dibawah ini.Hidup di dunia adalah ujian bagi semua umat manusia. Untuk menghadapi ujian tersebut diperlukan akhlak – akhlaq mulia seperti. Banyak umatsekarang ini yang kurang sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah dalam hidupnya, sehingga ia putus asa dalam menghadapinya. Kurangnya rasa sabar yang dimiliki terkadang membuat kita mudah putus asa.
BAB II. PEMBAHASAN
Kefakiran (al-faqr)
Menurut Ja’far, Medan (2016: 68) istilah fakir berasal dari bahasa Arab, faqura, yafquru, faqran yang artinya miskin. Istilah faqr bermakna kemiskinan. Dalam bahasa Indonesia, fakir berarti “orang yang sangat berkekurangan, orang yang terlalu miskin, atau orang yang dengan sengaja membuat dirinya menderita kekurangan untuk mencapai kesempurnaan bati”. Al-Qur’an menyebutkan istilah fakir dalam berbagai bentuk sebanyak 14 kali.
Dalam Shahih al-Bukhari, menyebutkan:
Membeitakan kepada kami Isma’il , ia berkata memberitakan kepada kami ‘Abd al-‘Aziz ibn Abi Hazim dari ayahnya dari S ahal ibn Sa’id al-Sa’idi sesungguhnya dia berkata seorang lelaki berlalu di depan Rasulullah Saw., lalu beliau bertanya kepada seorang lelaki yang duduk di sisi beliau bagaimanakah pendapatmu tentang laki-laki ini? Ia menjawab bahwa ia adalah seorang laki-laki dari golongan orang-orang yang mulia. Demi Allah, orang ini pantas untuk dinikahkan jika ia meminang dan pantas diberi syafaat jika ia meminta syafaat. Sahal berkata Rasulullah Saw. terdiam, kemudian seorang lelaki berlalu, maka Rasulullah Saw. bertanya kepadanya bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini? Ia menjawab wahai Rasulullah, ini adalah seorang lelaki dari kaum muslim yang fakir. Lelaki ini pantas untuk tidak dinikahkan jika ia meminang dan pantas tidak diberi syafaat jika ia meminta syafaat, dan pantas tidak didengarkan kata-katanya, jika ia berkata. Lalu Rasulullah Saw. bersabda lelaki seperi ini adalah lebih baik dari pada sepenuh isi bumi.
Dalam hadis lain disebutkan:
حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ زَرِيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الطّلَعْتُ فِى الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا افُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ فَرَأَيْتُ اَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ.
Memberitakan kepada kami Abu al-Walid, memberitakan kepada kami Salm ibn Zarir, memberitakan kepada kami Abu Raja’ dari ‘Imran ibn Hushain r.a. dari Nabi Muhammad Saw., beliau bersabda bahwa aku pernah mengamati di dalam surga, lalu aku melihat yang terbanyak pennghuninya adalah orang-orang kafir, dan aku pernah mengamati di dalam neraka, lalu aku melihat yang terbanyak penghuninya adalah wanita.
Menurut al-Ghazali, fakir dapat bermakna tidak memiliki harta. Menurutnya, ada lima tingkatan fakir, dua diantaranya yang paling tinggi derajatnya, yakni seorang hamba yang tidak suka diberi harta, merasa tersiksa dengan harta, dan menjaga diri dari kejahatan dan kesibukan untuk mencari harta; dan seorang hamba tidak merasa senang bila mendapatkan harta, dan tidak merasa benci bila tidak mendapatkan harta.
Sabar (al-shabr)
Kata sabar berasal dari bahasa Arab, shabara, yashbiru, shabran, maknanya adalah mengikat, bersabar, menahan dari larangan hukum, dan menahan diri dari kesedihan. Kata ini disebut dalam al-Qur’an sebanyak 103 kali.Allah Swt. berfirman Q.S. al-Anfal/8: 46
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan:
Memberitakan kepada kami Abu al-Yaman, memberitakan kepada kami Syu’aib dari al-Zuhri, ia berkata menceritakan kepadaku ‘Atha ‘ ibn Yazid al-Laitsi, sesungguhnya Abu Sa’id al-Khudri berkata sesungguhnya beberapa orang Anshar meminta kepada Rasulullah Saw., tidak seorang pun diantara mereka yang meminta kepada beliau, melainkan beliau pasti akan memberinya, sehingga habislah segala yang ada di sisi beliau, maka ketika segala sesuatu yang dinafkahkan dengan kedua tangan beliau telah habis, beliau bersabda kepada mereka ‘harta benda apa pun yang ada di sisiku, tentu aku tidak akan menyimpannya jauh dari kamu. Barang siapa memohon dihindari (dari hal-hal yang haram), niscaya Allah akan menghindarkannya, dan barang siapa memohon sabar, niscaya Allah akan menjadikannya bersabar, dan barang siapa memohon kelapangan, niscaya Allah akan memberi kelapangan kepadanya. Kamu tidak akan dianugerahi dengan anugerah yang lebih baik dan lebih lapang dari pada kesabaran. Ja'far, Medan (2016: 71-73)
BAB III
PENUTUP
Adapun kesimpulan dari pembahsan ini bahwa fakir adalah dalam kajian tasawuf adalah seorang tidak memiliki kecintaan terhadap kekayaan dn hiasan duniawi,dan jika ia memilikinya maka ia tidak berkeinginan untuk menyimpan dan mengumpulkannya.
Sedangkan sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan,bersikap tenang ketika menelan pahitnya cobaan,dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Tasawuf.Bandung:CV.Pustaka Setia
Ja’far.2016.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar